i

Jika kita mendengar kata anak mandiri,
yang terbayang adalah anak yang bisa mandi sendiri, maka sendiri, pergi
ke sekolah sendiri, mengerjakan PR sendiri, berpakaian sendiri, dan
sebagainya. Indah, bukan? Pokoknya, semua bisa dikerjakan sendiri tanpa
bantuan orang lain.
Semua orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh menjadi anak
yang mandiri. Sayang tidak semua keinginan bisa terwujud. Banyak, jika
kita jeli mengamati anak-anak dan remaja masa kini, yang belum mandiri
dan masih banyak bergantung pada orang tua, guru, atau teman untuk
beragam kebutuhan. Memprihatinkan, bukan? Yang jelas, pola perilaku
mandiri atau tidak mandiri akan menjadi dasar pembentukan perilaku di
masa datang dimana kelak saat mereka dewasa dituntut untuk membuat
keputusan untuk hidup mereka. Mari kita telusuri apa yang dimaksud
dengan kemandirian, dan bagaimana kita, orang tua, guru, dan masyarakat
ikut membantu anak-anak kita untuk mandiri.
Apa yang dimaksud dengan mandiri? Kata ini sering kita dengar,
ucapkan, pikirkan dan rasakan. Kemandirian berarti kemampuan seseorang
untuk melakukan, memikirkan dan merasakan sesuatu, untuk mengatasi
masalah, bersaing, mengerjakan tugas, dan mengambil keputusan dengan
tingkat kepercayaan diri yang tinggi, bertanggung jawab, serta tidak
bergantung pada bantuan orang lain.
Kemandirian merupakan aspek yang berkembang dalam diri setiap orang,
yang bentuknya sangat beragam, pada tiap orang yang berbeda, tergantung
pada proses perkembangan dan proses belajar yang dialami masing-masing
orang. Karena itu kemandirian mengandung pengertian,
- memiliki suatu penghayatan/semangat untuk menjadi lebih baik dan
percaya diri,
- mengelola pikiran untuk menelaah masalah dan mengambil keputusan untuk
bertindak,
- disiplin dan tanggung jawab
- tidak bergantung pada orang lain.
Pengertian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Havighurst
(1972), yang menyatakan bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek,
yaitu:
- Aspek Intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar,
memahami beragam kondisi, situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai
dasar usaha mengatasi masalah.
- Aspek Sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif
membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain
di sekitarnya.
- Aspek Emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta
mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi
pada orang tua.
- Aspek Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua.
Anak tumbuh dan berkembang sepanjang hidup mereka. Tingkat
ketergantungan berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan
aspek-aspek kepribadian dalam diri mereka. Kemandirian pun menjadi
sangat berbeda pada rentang usia tertentu. Kemandirian sangat tergantung
pada proses kematangan dan proses belajar anak.
Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkup sosial. Lingkup sosial awal
yang meletakkan dasar perkembangan pribadi anak adalah keluarga. Dengan
demikian orang tua memiliki porsi terbesar untuk membawa anak mengenal
kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang, termasuk perkembangan
kemandiriannya.
Sejauh mana peran orang tua terhadap kemandirian anak? Syarat mutlak
yang harus dilakukan orang tua adalah pengenalan diri dan pengenalan
anak. Tanpa kedua hal tersebut, peluang terwujudnya kemandirian yang
diinginkan dalam diri anak sangat kecil. Membicarakan usaha
mengembangkan kemandirian anak harus diorientasikan pada peningkatan
kemampuan anak dalam hal intelektual, sosial, emosi dan ekonomi. Mereka
mandiri berdasar kekuatan pribadi, berdasarkan kebutuhan diri sendiri
untuk bisa tidak tergantung pada orang lain, bukan berdasar kemauan dan
keinginan orang tua.
Banyak orang tua mengeluh karena anak tidak mandiri. Semua serba
tergantung pada orang tua, tidak mengetahui tugas dan tanggung jawab
mereka lewat kesadaran pribadi, tidak bisa mengatur waktu, dan masih
banyak lagi. Orang tua jadi ‘panik’ dan memberi jalan keluar yang mau
tidak mau harus dituruti oleh anak.
Kadang-kadang proses perkembangan kemandirian menjadi tidak optimal
karena peran orang tua yang ‘berlebihan’ dalam memberikan perhatian dan
sekaligus memberi ‘jalan’ bagaimana anak harus melakukan sesuatu. Hal
ini tidak menjadi masalah saat usia kanak-kanak (TK, SD), namun akan
menjadi masalah saat ia beranjak remaja karena lahan hidupnya makin
luas, makin kompleks, dan penuh persaingan. Orang tua tidak dapat lagi
memonitor secara penuh aktivitas mereka.
Pengaturan yang berlebihan akan membuat remaja tidak ‘siap tempur’
(‘fight’) untuk eksplorasi lingkungan dan menyelesaikan berbagai dilema
hidup mereka. Mereka akan tergantung pada orang tua dalam banyak hal.
Kondisi ini mencerminkan rasa tidak aman dan nyaman untuk melakukan
beragam hal dalam hidup mereka. Lalu, bagaimana? Kenalilah diri anda
sebagai orang tua:
- Bagaiman kebiasaan saya berpikir, merasakan dan melakukan sesuatu?
Benarkah sudah diorientasikan pada anak, atau masih didasari oleh
kebutuhan-kebutuhan pribadi dan membawa pola-pola pendidikan yang lama?
- Sejauh mana saya mengenal karakteristik pribadi anak saya, mengajak
mereka berbicara untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan, serta mengetahui
kelemahan dan keunggulannya?
- Sejauh mana saya sebagai orang tua, memberikan kesempatann pada anak
untuk melakukan hal positif yang disukainya, yang bermanfaat bagi
hidupnya di masa datang?
- Sejauh mana saya mendukung keputusan yang mereka ambil?
- Apakah saya punya waktu dan hati untuk mereka?
hmmm sangat penting itu janganlah orang tua terlalu memanjakan anak itu juga tidak baik....
BalasHapusorang tua memang harus sllu mngontrol anaknya
BalasHapuspembelajaran bagi pra cllon orng tua
BalasHapusorrang tua berpengaruh dalam perkembangan kita
BalasHapusgoodddddd
BalasHapus